Orang tua selalu menginginkan
bayinya lahir dan tumbuh dengan sehat seperti anak sehat pada umumnya. Namun
salah satu ketakukan orang tua pada janinnya apabila mengidap suatu penyakit
bawaan yaitu down
syndrome. Seperti apa down syndrome? dan apakah bisa dilakukan pencegahan?
Berikut ulasan singkat mengenai pencegahan down syndrome.
Down Syndrom (Down syndrome)
adalah suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental anak yang
diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom. Kromosom ini terbentuk
akibat kegagalan sepasang kromosom untuk saling memisahkan diri saat terjadi
pembelahan. Kelainan genetik yang terjadi pada kromosom 21 pada berkas q22 gen
SLC5A3, yang dapat dikenal dengan melihat manifestasi klinis yang cukup khas. Anak terlahir down syndrome biasanya
memiliki ciri-ciri fisik dengan spesifikasi bentuk wajah yang sama baik dari
mata, hidung serta mulut. Meski belum dikatahui secara pasti penyebab down
syndrome pada
janin yang dikandung oleh ibu, tentunya ibu dapat memeriksakan kandungnnya
secara rutin kepada dokter.
Penyebab down
syndrome pada anak belum diketahui secara pasti. Namun para ahlimengatakan
bahwa kehamilan ibu yang berusia lebih dari 35 tahun memiliki risiko cukup
besar melahirkan bayi down syndrome.
Hal tersebut bukan berarti ibu yang hamil di usia muda tidak berisiko bayinya
terkena down syndrome.
Menurut para
ahli, penyebab down syndrome terjadi
karena perkembangan kromosom yang tidak normal, di mana pada saat pembuahan ada
kromoson menyimpang atau adanya mutasi gen dari orangtua janin. Padahal
seharusnya kromoson ibu dan ayah terbelah menjadi dua, dan saling menempel.
Pemeriksaan Diagnostik
Untuk mendeteksi adanya
kelainan pada kromosom, ada beberapa pemeriksaan yang dapat membantu menegakkan
diagnosa ini, antara lain:
Pemeriksaan fisik penderita
Pemeriksaan kromosom
Ultrasonografi (USG)
Ekokardiogram (ECG)
Pemeriksaan darah (Percutaneus
Umbilical Blood Sampling)
Pencegahan:
Melakukan deteksi dini pada
saat kehamilan. Para ahli telah menemukan teknologi baru yang dapat mendeteksi
kelainan saat bayi masih didalam kandungan, termasuk down syndrome. Yaitu
dengan melakukan tes
diagnostik dan skrining.
§
Pemeriksaan kromosom melalui amniocetensis (pengambilan air ketuban) pada kehamilan 14-16 minggu. Hal ini sangat dianjurkan bagi ibu yang telah melahirkan down
syndrome, tentunya perlu kehati-hatian untuk selalu memantau perkembangan janin
dalam kandungan.
§
Dengan Biologi Molekuler, misalnya dengan “ gene targeting “ atau
yang dikenal juga sebagai “ homologous recombination “ sebuah gen dapat
dinonaktifkan.
Kedua pencegahan di atas,
biasanya belum dapat disimpulkan secara jelas bahwa kelahiran down syndrome
dapat dicegah apa tidak. Namun dengan menciptakan hidup sehat, dan selalu
memeriksakan kandungan pada dokter, tentunya penyebab down syndrome selama
kehamilan dapat diatasi dengan baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar